Kali ini, aku mau cerita tentang seseorang.
Sebenarnya, dia itu orang yang pernah singgah di masa laluku.
Tapi entah sekarang orang itu kayaknya gak akan muncul lagi.
Mungkin karena salahku, tapi juga ada karena salahnya.
Jadi begini.
Aku punya kenangan di tahun 2011 lalu.
Kenangan yang bisa dibilang cukup indah lah menurutku.
Dan kenangan itu terjadi karena ada seseorang yang sempat sebentar datang dalam kehidupanku.
Waktu itu memang, aku gak menjalin hubungan apapun dengan dia.
Tapi, kedekatan aku dan dia waktu itu udah melebihi batas sebagai seorang 'teman' biasa.
Sebelumnya aku memang menyimpan rasa dan harapan ke dia.
Setelah sekian lama aku menunggu, bahkan aku hampir menyerah waktu itu.
Dia datang menyatakan kalau dia juga punya rasa yang sama padaku.
Namun kami tak bisa menjalin komitmen.
Kami tau, resikonya besar.
Kami belum siap, dan gak mau menanggung resikonya.
Akhirnya kami menjalani ini tanpa menjalin komitmen.
Dimata orang lain mungkin kami terlihat seperti orang yang mempunyai hubungan spesial.
Ini semua terjadi beberapa belas hari setelah waktu ulang tahunku tahun itu.
Selang beberapa bulan.
Pada suatu bulan dimana aku harus mengikuti ujian semester.
Aku dan dia sempat berhenti berkomunikasi lewat BBM dan SMS untuk sementara.
Namun, ternyata hal itu berkelanjutan hingga berbulan-bulan kemudian.
Bahkan sampai-sampai, aku merasa dia telah menemukan seseorang yang dianggapnya lebih layak untuk dijadikan teman dekatnya.
Saat itu juga, aku mulai merasakan sesuatu yang aneh.
Namun aku tak menyerah.
Saat dia meng-unfoll twitterku dan mengganti nomor HP tanpa sepengetahuanku.
Aku tetap memfollow twitter-nya dan berusaha mencari tahu nomor HP-nya.
Hingga suatu ketika tanpa sengaja aku berhasil mendapat nomor-nya.
Masalah ini gak hanya ku pendam sendiri.
Beberapa teman yang dekat denganku pun tau soal ini.
Beberapa dari mereka bahkan berusaha mencari tau apa penyebab dia menjauh dariku.
Suatu hari, aku memberanikan diri untuk meng-SMS dia.
Aku cuma ingin kejelasan, kenapa semua bisa kayak gini.
Aku yang sudah tau sikapnya cuma bisa sabar saja saat dia membalas dengan kalimat yang samasekali tidak memberi jawaban.
Ada beberapa temanku yang tahu soal ini, menjadi kesal dengan dia.
Bulan berganti bulan.
Singkat cerita, aku dan dia akhirnya kembali dekat lagi.
Entah karena apa waktu itu.
Intinya saat ku tanya padanya.
Dia bilang, dia juga gak tau kenapa tiba-tiba kami bisa berjauhan seperti itu.
Kupastikan kalau dia punya teman dekat cewek yang lain.
Dia bilang, belum ada yang bisa sebaik aku ke dia.
Siapa sih di antara kalian para cewek yang gak senang kalau di puji kayak gitu?
Tentu saja tidak ada.
Dia itu orangnya memang berbeda jika denganku.
Kami berdua suka sekali mengkhayal apa yang akan terjadi di masa depan.
Bahkan kami sering memikirkan hal aneh yang sebenarnya tak penting untuk kami pikirkan.
Waktu itu, aku merasa nyaman sekali dengan dia.
Makanya, aku gak rela kalau dia sampai ngejauhin aku kayak waktu itu.
Baru beberapa bulan kami dekat.
Seketika, Oktober 2012 lalu dia mulai menjauhiku lagi.
Aku gak tahan karena harus memperjuangkan perasaan ini sendiri.
Akhirnya aku pun mundur.
Aku bilang, lebih baik kita berteman seperti biasa saja.
Daripada membuat hubungan pertemanan yang spesial.
Ujungnya pasti ada yang merasa tersakiti.
Dan mulai saat itulah, aku gak sesering dulu BBM/SMS dia.
Kalau ditanya soal galau?
Aduh, siapa sih cewek yang gak galau kalo lagi patah hati?
Bayangin aja, perasaan dia tersakiti. Gak galau itu bukan cewek namanya.
Pastinya aku ngerasain hal kayak gitu.
Apalagi pasca pertama kali aku jauhan sama dia.
Nyeseknya itu loh.
Belum biasa.
Mau membiasakan diri itu butuh proses, gak secepat ngebalik telapak tangan.
Kalau udah gak dipeduliin kayak gini.
Masa mau bertahan?
Siapa yang mau?
Yah, istilahnya orang sekarang bilang "move on" sih ya.
Eh tapi asal kalian tau.
Move on itu bukan asal pindah hati ke orang lain.
Move on itu kan tujuannya tuh pergi biar gak sakit hati gitu nah kalau misalnya udah gak dipeduliin lagi.
Atau diberi harapan yang gak jelas.
Move on itu tergantung orang kok.
Mau atau enggak?
Kalau mau pun, pasti ada cara move on versi tiap orang.
Beda-beda pastinya.
Move on versiku?
Sebenarnya move on dalam persepsi-ku itu cuma berhenti berharap dan gak terlalu peduliin dia lagi gitu nah.
Bukan bener-bener ngelupain atau ngejauhin gitu.
Emang sih, kalau mau move on tapi gak ngejauh itu entar gak berhasil.
Tapi seenggaknya kan pelan-pelan.
Dan jujur, aku berusaha move on itu lama loh.
Mungkin hampir 10 bulan baru bisa berhasil sedikit.
Itupun bisa jadi sukses karena aku sama dia kena masalah yang akhirnya bikin aku sama dia bener-bener lost contact!
Bukan lost contact lagi sepertinya.
Bahkan kayaknya gak akan ada ada contact lagi antara aku sama dia nanti kedepan.
Sebenarnya cuma berawal dari hal sepele yang ditanggapi terlalu berlebihan aja kok sama dia.
Kan gini, pas itu lagi gemparnya main ToD kan di twitter.
Banyak banget tuh temen aku yang main.
Secara lah, aku penasaran.
Dan pas aku milih dare.
Ternyata yang ngasih tantangan itu semua berhubungan sama dia.
Mulai disuruh ganti fullname, bio sama location dengan kata yang aneh-aneh.
Bahkan ava pun hampir, tapi gak jadi.
Digantikan masang ava gorila pilihan Thenia.
Waktu itu memang aku sama dia udah gak sedekat dulu.
Jadi agak susah lagi kalau masalah beginian.
Pasti ada salah paham dan semacamnya.
Kan waktu itu aku emang belum sempat izin ke dia mau masang nama dia.
Tapi keburu dia salah paham deh.
Dikiranya aku yang kelanjian.
Idih! Padahal kan aku cuma mau nunjuki sportifitas aja.
Ndak mungkin lah aku ganti itu semua sepenuh hati.
Dianya aja yang ke-GR-an.
Siapa yang bakal ngebela dia kalo misalnya aku ceritakan masalahku ini?
Jelas dia yang salah lah.
Aku kan cuma ngejalanin apa yang harus aku jalanin.
Kenapa sih dia sampai nganggep ini sebuah masalah?
Masalah yang sampai bikin aku di delcont sama dia dari BBM.
Di block di twitter.
Entah mungkin nomor hape-ku dihapus juga kali di hape-nya.
Semua itu nyakitin loh.
Harga diri tuh berasa hilang di mata dia.
Kalian pikir setelah itu aku cuek?
Enggak!
Setelah itu aku nangis.
Apalagi waktu dia nyindir sampai ngata-ngatain aku di tweet setelah dia udah nge-block aku.
Mungkin kalian pikir aku cengeng?
Aku masih punya perasaan normal yah.
Perasaan perempuan yang gak bisa disakitin.
Nyesek banget loh.
Bayangin aja kalian yang ngerasain.
Orang yang dulu selalu muji kalian.
Sekarang malah ngehina, tanpa alasan yang jelas pula.
Dia tuh terlalu mengambil kesimpulan jarak dekat.
Gak bisa nyingkapin masalah dengan pikiran yang lebih dewasa.
Coba bersikap bijak gitu lah.
Gak bisa ngertiin perasaan orang banget dia ini.
Coba dia ada di posisiku?
Pasti dia bakal ngelakuin hal yang sama.
Ntahlah, aku gak bisa berbuat banyak saat itu selain nangis dan mendem perasaan nyesek itu sendiri.
Sebelum akhirnya aku bercerita pada beberapa orang yang kupercaya.
Sampai sekarang pun aku belum bisa mengerti bagaimana cara berpikirnya terhadap apa yang aku lakukan waktu itu.
Dia pun seakan betulan benci sama aku.
Ya sudahlah.
Aku tak bisa berbuat apa-apa juga.
Yang memutuskan tali silaturahim kan dia?
Otomatis, dia yang bakalan berdosa nanti.
Dalam hatiku gak ada niat sedikitpun buat ngejauhin ataupun ngemusuhin, bahkan sampai ngebenci dia.
Aku cuma berusaha gak terlalu peduli aja lagi.
Jujur aja, sampai kapanpun juga aku gak akan pernah ngelupain dia gitu aja.
Karena bagaimanapun dia sekarang.
Dulu dia udah pernah berarti bagi hidupku.
Walaupun sekarang harus begini.
Mungkin memang jalannya aku harus hidup sendiri tanpa dia.
Karena mungkin, Allah akan membuatku bahagia bukan dengan dia.
Allah itu kan Maha-Tau dan Maha-Adil.
Kalau Dia meminta ada yang pergi atau ada yang hilang.
Pasti tidak akan lama lagi ada yang datang menggantikan itu.
Tinggal tunggu saja kapan itu terjadi.
Buat gak peduli sama dia itu gak gampang ternyata.
Harus ada seorang pembanding yang bisa bikin aku ngelihat sisi buruknya dia.
Kalau gak gitu caranya? Nanti aku bakalan kepikiran kebaikannya terus.
Jadi susah deh buat gak peduli lagi.
Kayaknya, untuk pembanding aku sudah dapat.
Istilahnya, orang ini adalah dia versi baik yang aku harapkan sebenarnya.
Jadi? Aku sudah move on?
Belum!
Dan gak akan secepat itu.
Sekarang ini aku cuma berusaha gak peduli dan gak berharap lagi ke dia.
Kalaupun aku bakal move on.
Aku gak terpikir bakal move on ke orang lain.
Kayaknya aku bakalan move on ke mata pelajaran yang nilainya harus aku tingkatkan.
"Move on itu gak mesti sama orang. Bisa aja move on ke pelajaran atau keinginan kita yang tertunda"
Jadi intinya.
Meskipun gak 100% aku bebas perasaan galau itu.
Seenggaknya jangan sampe perasaan itu ngeganggu kegiatanku yang lain.
Buat semangat aja sih, supaya aku gak terpuruk terus.
Harus fokus ke ujian!
Perasaan itu bisa mempengaruhi nilai sepertinya.
Aku gak mau lah cuma karena ini nilaiku menurun. Hehe..
Sebenarnya aku gak tau apakah orang yang sedari tadi aku ceritakan itu akan membaca tulisan ini dan memahami apa yang tersirat di bacaan ini.
Aku gak bisa minta izin juga ke dia buat nuliskan pengalamanku ini sama dia.
Apakah dia mengizinkan atau tidak?
Entahlah, apa yang akan terjadi nanti.
Kalau pun dia membaca ini.
Aku berharap dia bisa mengerti apa yang selama ini aku rasakan tapi selalu aku pendam.
Sekian ceritaku, sebenarnya ada tersirat sedikit curhat disini :D
Makasih udah mau baca pengalamanku ini, semoga ada hikmahnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar